"Jendela Hafsha: Cinta yang Tak Pernah Tertutup Waktu"
"Jendela Hafsha: Cinta yang Tak Pernah Tertutup Waktu"
Di antara jejak sejarah yang tersimpan di Masjid Nabawi, ada satu bagian kecil yang menyimpan makna besar— Jendela Hafsha namanya . bukan sekadar celah di dinding, tetapi sebuah Saksi bisu dari cinta, ketakwaan, dan mengorbankan seorang wanita mulia, Hafsha binti Umar .
Kisah ini bukan hanya tentang sebuah jendela yang tersimpan, tetapi tentang cinta yang tidak hilang oleh waktu. Tentang seorang istri Nabi yang rela kehilangan rumahnya, namun tetap ingin menjaga kedekatannya dengan Rasulullah SAW, meski hanya melalui sebuah jendela yang menghadap makam suaminya.
Berikut kisahnya di kutib dari "kitab Syiar Alam An Nubala"
Ketika Sayyidina Umar bin Khattab menjadi khalifah, pada tahun 17 H digagas rencana perluasan area masjid nabawi sehingga mengharuskan rumah sayyidatina Hafshah dipindah, agar peziarah lebih leluasa menziarahi makam Nabi saw. Permintaan tersebut dijawab dengan tangisan sedu oleh Hafsah, teringat kisah manisnya bersama baginda Nabi saw di rumah yang sederhana itu.
Hingga suatu hari diutuslah saudara kandungnya, sayyidina Abdullah bin Umar, ia meminta Sayyidatina Hafsah agar mau dipindah dengan gantinya ia akan diberikan kompensasi untuk tinggal di rumah Sayyidina Abdullah bin Umar yang yang jaraknya tidak jauh dari rumah sayyidatina Hafsah.
Usaha sayyidina Abdullah bin Umar dijawab sayyidatina Hafshah dengan jawaban,
"Jika rumah ini harus dirobohkan demi kepentingan umat, aku rela.Tetapi satu permohonanku, biarkan jendelaku tetap ada agar aku bisa memandang kuburan suamiku..."
Akhirnya, permintaan sayyidatina Hafsha dikabulkan. Rumahnya memang dirobohkan, namun jendelanya tetap dipertahankan sebagai bentuk penghormatan kepada istri Rasulullah SAW dan nilai sejarah yang dikandungnya.
Mulai detik itu hingga hari ini sampai hari kiamat setiap kekhilafahan, dinasti, hingga kerajaan yang berkuasa selalu menjaga janji kepada sayyidatina Hafsah tersebut, sebagai bentuk penghormatan kepadanya, Ummul Mu’minin Hafsah ra.
Meskipun banyak yang meliputinya tanpa menyadari sejarahnya, jendela itu tetap berdiri kokoh, menjadi saksi bisu dari pengorbanan seorang wanita shalihah yang lebih mengutamakan kepentingan umat dibandingkan dirinya sendiri.
Jendela Hafsha mengajarkan kita bahwa pengorbanan bukan hanya tentang kehilangan sesuatu, tetapi sejati tentang merelakan dengan hati yang ikhlas demi sesuatu yang lebih besar .
Jendela itu bukan sekadar celah di dinding Masjid Nabawi, tetapi pintu menuju kenangan tentang cinta, ilmu, dan ketakwaan yang tak terlupakan oleh waktu. 🌿✨
Komentar
Posting Komentar